Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Laporan P2K


BAB I
PENDAHULUAN

A. Profil Proses Pembelajaran di Kelas

Setiap bangsa dan Negara melakukan berbagai upaya dan usaha untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memenangkan persaingan di era globalisasi ini. Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia selalu terus-menerus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, walaupun hasilnya belum memenuhi harapan. 

Belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran, yang pada akhirnya juga akan meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan pada semua mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.

Ilmu pengetahuan sosial merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Di Indonesia pelajaran ilmu pengetahuan sosial disesuaikan dengan berbagai prespektif sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang IPS dapat dilakukan dalam lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan Negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau. Oleh karena itu, seorang guru harus pandai-pandai memilih metode pembelajaran dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas VII SMP Negeri 1 Biringbulu menunjukkan bahwa di dalam kelas benar-benar siswa yang heterogen, keadaan siswa dalam kelas sangat bervariasi, ada yang memang pintar dan menguasai pelajaran ilmu pengetahuan sosial ada juga yang sedang atau biasa-biasa saja, serta ada juga yang sama sekali tidak suka dan memang tidak senang dan kurang minat belajarnya. 

Dalam proses pembelajaran, masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru, sulit mengerjakan soal-soal yang diberikan, kurang minat menerima pelajaran, serta siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, kurangnya komunikasi siswa dengan guru, serta kurangnya motivasi siswa untuk belajar. Akibatnya siswa tidak mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan, penguasaan konsep dan hasil belajar siswa  masih kurang, dan pembelajaran tidak berlangsung sesuai dengan keinginan.

Melihat kejadian itu, penulis terdorong untuk menerapkan suatu model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Prinsip pembelajaran model kooperatif tipe STAD sesuai dengan kondisi dan masalah yang dihadapi siswa dalam memahami pelajaran dalam kelas sehingga diharapkan dapat memberikan hasil belajar IPS yang lebih maksimal.

B. Profil Hasil Belajar

IPS adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang merupakan kunci untuk menguasai IPTEK, tetapi mayoritas siswa menolak dan menghindari mata pelajaran IPS, alsannya siswa menganggap bahan ajar IPS itu sulit, banyak menghafal dan kurang menarik karna cara penyampaiannya banyak dilakukan dengan ceramah atau cerita.

Meski diakui bahwa berbagai usaha telah ditempuh pemerintah untuk memecahkan masalah tersebut, baik dengan peningkatan psikologis yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan siswa terhadap mata pelajaran IPS  maupun upaya-upaya perbaikan metode pelajaran dan lain-lain, namun problematika ini bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu dari mana mesti harus diawali.

Melihat masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran seperti yang dikemukakan dalam profil pembelajaran di kelas, yaitu kurangnya motivasi siswa dalam belajar sehingga siswa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata ulangan harian siswa yang masih di bawah standar. Semestinya seorang guru mengupayakan dan memilih suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa, sehingga pada akhirnya memberikan hasil yang lebih baik dan memuaskan.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan Profil Proses Pembelajaran             dan Hasil Belajar

Berdasarkan profil proses pembelajaran dan hasil belajar yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions(STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 1 Biringbulu.

D. Bentuk Tindakan Untuk Memecahkan Masalah Sesuai                      dengan Masalah

Masalah rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 1 Biringbulu. dipecahkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

E. Argumentasi Logis Pilihan Tindakan

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa beberapa faktor penyebab rendahnya hasil belajar IPS siswa adalah kurangnya komunikasi guru dengan siswa, kurangnya motivasi belajar siswa, serta kurangnya perhatian siswa terhadap mata pelajaran IPS. 

Kondisi-kondisi ini sesuai dengan prinsip tindakan pada pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Dengan demikian, jika pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) diterapkan  maka hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 1 Biringbulu dapat ditingkatkan.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah “untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 1 biringbulu.

G. Manfaat Hasil Penelitian 

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa
  • Siswa lebih memahami konsep materi yang diajarkan melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD).S
  • iswa lebih bersikap positif, bertanggung jawab, dan senang belajar IPS

2. Bagi guru
  • Sebagai masukan dalam upaya peningkatan hasil belajar IPS di sekolah.D
  • apat menentukan atau memilih pendekatan yang tepat (yang efektif) dalam menyajikan pelajaran IPS dalam upaya peningkatan hasil belajar IPS di sekolah.

3. Bagi Sekolah

Sebagai masukan dalam upaya perbaikan dan peningkatan pembelajaran sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa sesuai yang diharapkan. 

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang paling utama dalam suatu pembelajaran. Hal ini berarti keberhasilan pencapaian pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Belajar menurut definisi yang paling sederhana adalah proses yang dilakukan seseorang untuk mengubah keadaannya dari tidak tahu menjadi tahu.

Menurut Slameto (Haling, dkk, 2006: 1), belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal senada juga dikemukakan oleh Chaplin (Syah, 2002: 65) bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. 

Belajar merupakan proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus. Selanjutnya Mohammad Ali (1987: 14) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku (dalam hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya), akibat interaksi individu dengan lingkungan.

Gagne (Sahabuddin, 2007: 80) mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam sifat atau kecenderungan atau kemampuan manusia, yang bukan hanya semata berasal dari proses pertumbuhan. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Fontana (Suherman, dkk, 2003: 7) adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.

Pengetahuan keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Seseorang yang dikatakan belajar apabila diasumsikan pada diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Dengan demikian dapat diamati bahwa seseorang telah dikatakan telah belajar apabila dia telah mengalami suatu proses kegiatan tertentu sehingga dalam dirinya terjadi suatu perubahan tingkah laku yang kelihatan dan nampak.

B. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar. Hasil yang dimaksudkan adalah perubahan, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar. Hasil yang diperoleh dari penilaian hasil belajar siswa baik individual maupun kelompok di dalam kelasnya, akan menggambarkan kemajuan yang telah dicapainya selama periode tertentu.

Bloom (Suprijono, 2010: 6) menyatakan bahwa: Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (menilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.

Menurut Nana Sudjana (Kunandar, 2010: 276) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sementara itu, menurut Lindgren (Suprijono, 2010: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentasi atau terpisah, melainkan komprehensif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat pemahaman atau penguasaan siswa 
Belajar IPS adalah belajar tentang seperangkat fakta, peristiwa konsep, dan terhadap materi pelajaran yang diperoleh melalui proses belajar mengajar yang akan tercermin dari skor atau nilai yang diperoleh dalam tes hasil belajar.

2. Hasil belajar IPS

generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan lingkungannya berdasarkan pengalaman masalalu yang bisa dimaknai untuk masa kini, dan antisipasi masa akan datang. Peristiwa fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial merupakan beberap hal yang menjadi kajian IPS.

Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar. Hasil yang dimaksudkan adalah perubahan, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai siswa dalam belajar IPS dilakukan proses penilaian dengan jalan memberikan evaluasi terhadap siswa yaitu berupa tes hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS adalah tingkat pemahaman atau penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan dan diperoleh melalui proses belajar yang akan tercermin dari skor atau nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar. Jadi, hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor atau nilai yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar IPS.

C. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill.

Pembelajaran kooperatif tidak sama sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. 

Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Roger dan David Johnson (Suprijono, 2010: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:

1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif).
2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan).
3. Face to face promotive interaction (intraksi promotif).
4. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota).
5. Group processing (pemrosesan kelompok).

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai  motivasi atas keberhasilan kelompok sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompoknya.

Komunikasi antar siswa dalam kelompok kecil dan heterogen akan lebih bermakna, sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan keterampilan kooperatif. Siswa yang mengalami kesulitan harus aktif berpikir dan minta bantuan kepada teman dalam kelompoknya yang lebih mampu secara terarah. Demikian juga siswa yang lebih mampu harus berpikir untuk membantu teman kelompoknya yang kurang mampu.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kebaikan dalam mengembangkan potensi siswa dalam kelompok. Oleh sebab itu, penerapannya diharapkan dapat mengembangkan potensi siswa secara efektif, sehingga peran guru tidak lagi terlalu dominan sementara kemampuan berpikir siswa dapat berkembang yang pada akhirnya diharapakan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Kebaikan-kebaikan tersebut antara lain:
  • Terjadi hubungan saling menguntungkan di antara anggota kelompok yang akhirnya melahirkan motivasi yang tinggi untuk menemukan konsepsi yang benar. 
  • Mengembangkan semangat kerja kelompok dan semangat kebersamaan di antara anggota kelompok. 
  • Menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetensi di antara anggota kelompok

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams                         Achievement Divisions (STAD).

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement             Divisions (STAD)

Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif.

Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan” (Arindawati, 2004: 83-84). Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4–5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan  kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.

2. Langkah–langkah Model Pembelajaran tipe Student Teams             Achievement Divisions (STAD) Tahap Tingkah Laku Guru
1. Tahap pendahuluan

  • Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran dan  pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi. 
  • Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan.  
  • Mensosialisasikan kepada siswa tentang model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahamimya.
  • Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
2. Tahap pengembangan

  • Guru mendemonstrasikan konsep atau keterampilan   secara  aktif dengan menggunakan alat bantu atau manipulatif lain. 
  • Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.
  • Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama kelompoknya.
  • Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
3. Tahap penerapan
  • Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya.
  • Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban, kemudian dikumpulkan untuk dinilai.
E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “jika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Sudent Teams Achievement Divisions (STAD), maka hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 1 Biringbulu dapat meningkat.


BAB III
PROSEDUR PELAKSANAAN

A. Jumlah Siswa, Tempat, dan Waktu Pelaksanaan P2K

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 1 Biringbulu dengan jumlah siswa 21 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 12 orang perempuan dan dilaksanakan pada Semester Genap tahun pelajaran 2018/2019.

B. Langkah–langkah Pembuatan Perangkat Pembelajaran                     Inovatif seperti RPP dan Alat Evaluasi.

Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti sebelum memulai proses belajar mengajar adalah meminta Silabus pada guru mata pelajaran IPS (guru pembimbing), langkah kedua menelaah silabus yang telah diperoleh dari guru IPS dan mengkonsultasikannya pada guru pembimbing, langkah ketiga menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan konsultasi pada pembimbing, serta merumuskan alat evaluasi. Berikut prosedur pembuatannya:

1. Silabus
  • Pengertian Silabus
Silabus adalah penjabaran kurikulum ke dalam komponen-komponen kegiatan belajar dan mengajar pada setiap jenjang program pendidikan atau  pelat ihan yang digariskan di dalam kurikulum secara runtut rinci dan operasional. Silabus memuat rencana-rencana operasional yang dapat digunakan guru dan siswa sehari-hari.

Silabus biasanya disusun dalam bentuk tabel yang terdiri dari kolom-kolom yang masing-masing memberikan:
Apa yang diharapkan dikuasai siswa (tujuan pembelajaran)
Apa yang harus diajarkan dan dipelajari
Bagaimana diajarkan (kegiatan, prosedur, dan teknik pembelajaran)
Jangka waktu pembelajaran (alokasi waktu)
Bagaimana di evaluasi (alat ukur dan sistem penilaiannya)
Nilai karakter yang dimiliki oleh siswa
  • Komponen silabus:
Identitas Silabus
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pokok atau  Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Nilai Karakter
  • Langkah-langkah Penyusunan Silabus
Menentukan Identitas Silabus
Identitas silabus terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester. Penentuan identitas berfungsi sebagai informasi kepada guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan silabus.
Rumusan Standar Kompetensi
Standar kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula.
Menentukan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itulah maka kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi. 
Mengidentifikasi Materi Pokok/Materi Pembelajaran.
Materi pokok disusun untuk pencapaian tujuan, oleh karenanya materi pokok dipilih sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dicapai.
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam silabus dirumuskan secara garis besar hal-hal yang akan dilakukan selama proses pembelajaran.
Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator dirumuskan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Petunjuk dalam merumuskan indikator, adalah pertama, indikator dirumuskan dalam bentuk perubahan perilaku yang dapat diukur keberhasilannya. Kedua, perilaku yang dapat diukur itu berorientasi pada hasil belajar bukan proses belajar. Ketiga, sebaiknya setiap indikator hanya mengandung satu bentuk perilaku.
Menentukan Penilaian
Penilaian tidak hanya dilakukan dengan tes baik tes lisan maupun tes tulisan akan tetapi bisa juga melalui non tes, seperti melakukan wawancara dan observasi termasuk pengukuran sikap dan penilaian hasil karya.
Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan kepada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.
Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar ditentukan berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi.
Menentukan Nilai Karakter
Nilai karakter yang ditanamkan kepada siswa dalam memepelajari materi yang disampaikan dalam pembejaran.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

  • Pengertian RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
  • Komponen RPP
Identitas Mata Pelajaran
Alokasi Waktu
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Tujuan Pembelajaran
Materi Ajar
Metode pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Sumber Belajar
Penilaian Hasil Belajar
  • Langkah-Langkah Menyusun RPP
Mengisi kolom identitas
Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan     yang telah ditetapkan
Menentukan SK, KD, dan indikator yang akan digunakan yang       terdapat pada silabus yang telah disusun
Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan           indikator yang telah ditentukan
Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok atau        pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar                    merupakan uraian dari materi pokok atau pembelajaran.
Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari      kegiatan awal, inti, dan akhir.
Menentukan ala, bahan, sumber belajar yang digunakan.
Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik perskoran, dan lain-lain.

3. Alat evaluasi

  • Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian tujuan suatu program.

  • Langkah-Langkah penyusunan alat evaluasi (tes)
Penentuan tujuan tes
Penyusunan kisi-kisi tes
Penulisan soal
Penelaahan Soal (validasi soal)
Perakitan soal menjadi perangkat tes
Uji coba soal termasuk analisisnya
Penyajian tes kepada siswa
Skoring (pemeriksaan jawaban siswa) 
  • Pengembangan kisi-kisi
1. Fungsi
Pedoman penulisan soal
Pedoman perakitan soal
2. Syarat kisi-kisi
Mewakili isi kurikulum
Singkat dan jelas
Soal dapat disusun sesuai dengan bentuk soal
3. Komponen Kisi-kisi
Identitas 
SK/KD/IP
Materi Pembelajaran
Indikator Soal
Bentuk Tes
Nomor Soal

C. Implementasi RPP dan Evaluasi di Kelas

Setelah menyusun Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), maka proses belajar mengajar pun dapat dimulai. Implementasi dari RPP meliputi Pembukaan sesuai dengan kegiatan yang telah dibuat, penjelasan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, menyampaikan  tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, penyampaian metode pembelajaran yang dilaksanakan, penyampaian materi, pembentukan kelompok, mengarahkan siswa dalam kelompoknya, membuat kesimpulan dan penutup. Evaluasi di kelas dilaksanakan dalam bentuk  tugas individu, tugas kelompok dan tes siklus. Selanjutnya dapat dilihat pada lampiran mengenai RPP dan alat evaluasi.

Prosedur pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yaitu 3 pertemuan tatap muka dan 1 kali tes siklus. Tiap  siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk itu, setiap akhir siklus diberikan tes untuk mengetahui tingkat  penguasaan siswa setelah proses pembelajaran.

Secara umum prosedur penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
  • Membuat skenario pembelajaran dan sintaks model pembelajaran STAD yang disusun berdasarkan materi yang akan di ajarkan.
  • Membuat lembar kerja siswa.
  • Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas belajar siswa.
  • Menyusun kelompok belajar siswa yang heterogen terdiri dari 6 orang dalam satu kelompok.
  • Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Adapun pelaksanaan yang dikerjakan adalah sebagai berikut :
a. Siklus Pertama
  • Kegiatan awal
Fase-1 (Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa)
  1. Guru memberi salam dan mengecek kehadiran siswa.G
  2. uru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
  3. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
  • Kegiatan inti
Fase-2 (Menyajikan informasi)
  1. Guru memberi penjelasan materi tentang cara menentukan keliling dan luas bangun segi empat.
  2. Guru memberi contoh soal kepada siswa untuk dikerjakan bersama-sama.
  3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
Fase-3 (Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok bekerja dan belajar)
  1. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 6 orang secara heterogen.
  2. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.
  3. Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama kelompoknya.
Fase-4 (Membimbing kelompok bekerja dan belajar)
  1. Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
  2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan   soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya. 
  3. Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban, kemudian dikumpulkan untuk dinilai.
Fase-5 (Evaluasi)
  • Guru memberikan tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok. 
Fase-6 (Memberi penghargaan)
  • Guru menegaskan dan memberi apresiasi kepada kelompok yang    mempunyai kerja sama yang baik berdasarkan penilaian dari hasil evaluasi.
  • Kegiatan Akhir
  1. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR).
  2. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan  berikutnya.
  3. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.
b. Siklus Kedua
  • Menganalisis hasil tes untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam belajar IPS melalui pembelajaran STAD.
  • Menindaklanjuti hasil dari siklus pertama.
  • Siswa diarahkan untuk membentuk kembali kelompok kecil yang anggotanya heterogen terdiri 6 orang tiap kelompok.
  • Mempersiapkan soal-soal latihan sesuai dengan materi yang diajarkan kepada siswa.
  • Mencatat semua kejadian yang dianggap penting, baik mengenai kegiatan siswa dalam mengikuti pelajaran, mengerjakan soal maupun tanggapan serta pernyataan yang diberikan oleh siswa.
  • Evaluasi
3. Observasi

Pada tahap pelaksanaan tindakan. Dilaksanakan proses observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta melaksanakan evaluasi.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir dari setiap siklus. Hasil yang diperoleh dalam  tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan serta dianalisis. Dengan demikian peneliti dapat melihat dan merefleksikan diri apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan melihat hasil dari data observasi. Hasil dari analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya.

D. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila hasil belajar IPS siswa dari siklus I ke siklus II yang ditinjau dari tes akhir setiap siklus mengalami peningkatan skor rata-rata yaitu di atas standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70 pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Biringbulu setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). 

BAB IV     
HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil-hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada program Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) di kelas VII SMP Negeri 1 Biringbulu yang memperlihatkan peningkatan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Adapun yang dibahas dan dianalisis adalah hasil belajar siklus I dan siklus II serta data perubahan sikap siswa secara umum yang diperoleh melalui lembar observasi.

A. Deskripsi Hasil Pelaksanaan

1. Analisis Data Kuantitatif
a. Hasil Tes Siklus I

Pada siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar IPS dengan bentuk tes essay. Tes hasil belajar tersebut dilaksanakan setelah penyajian beberapa pokok bahasan. Adapun data skor hasil belajar siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Balajar IPS  Siklus I 
Statistik Nilai Statistik
Subjek Penelitian 30
Skor Maksimum Ideal 100
Skor Rata-rata 78,33
Standar Deviasi 23,39
Skor Tertinggi 100
Skor Terendah 65
Rentang Skor 20
Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 1 Biringbulu setelah pemberian tindakan pada siklus I adalah 78,33 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100. Skor tertinggi yakni 100 dan terendah 65 dengan standar deviasi 23,39. Jika skor hasil belajar IPS siswa tersebut dikelompokkan ke dalam dua kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase seperti disajikan pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.4 Statistik frekuensi dan persentase hasil belajar IPS siklus I.

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 ≤ × ≤ 74 Tidak tuntas 6 3,00
75 ≤ × ≤100 Tuntas 14 80,00

b. Hasil Tes Siklus II

Pada siklus II ini dilaksanakan tes hasil belajar IPS dengan bentuk tes essay. Tes hasil belajar tersebut dilaksanakan setelah penyajian beberapa pokok bahasan. Adapun data skor hasil belajar siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Statistik Skor Hasil Balajar IPS Siklus II 
Statistik Nilai Statistik
Subjek Penelitian 27
Skor Maksimum Ideal 100
Skor Rata-rata 87,40
Standar Deviasi 24,11
Skor Tertinggi 95
Skor Terendah 70
 Rentang Skor 27

Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 1 Biringbulu setelah pemberian tindakan pada siklus II adalah 87,40 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100. Skor tertinggi yakni 95 dan terendah 70 dengan standar deviasi 24,11 Jika skor hasil belajar IPS siswa tersebut dikelompokkan ke dalam dua kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase seperti disajikan pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Statistik frekuensi dan persentase hasil belajar IPS siklus 1I.
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 ≤ × ≤ 74 Tidak tuntas 0 -
75 ≤ × ≤100 Tuntas 30 100%

2. Analisis Kualitatif

Data aktifitas siswa pada siklus I diperoleh melalui hasil pengamatan aktifitas dan sikap siswa selama proses pembelajaran di setiap pertemuan. Adapun deskripsi aktifitas siswa pada siklus I dapat dilihat terdiri atas dua, yaitu lembar observasi siklus I dan lembar observasi siklus II. Lembar observasi siklus I, merupakan gambaran sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tiap pertemuan pada siklus I. Sedangkan lembar observasi siklus II merupakan gambaran sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran tiap pertemuan pada siklus II. Sedangkan tanggapan siswa diperoleh dari kegiatan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan selama proses pembelajaran. Adapun hasil analisis deskriptif tentang sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran siklus I dan II adalah sebagai berikut:

a. Persentase kehadiran siswa menurun dari 97, 72 % pada siklus I menjadi 93,93% pada siklus II.

b. Persentase siswa yang memperhatikan pembahasan materi pelajaran mengalami peningkatan yaitu dari 73,52 %  pada siklus I menjadi 88,23% pada siklus II.

c. Persentase siswa yang bertanya tentang materi yang belum dimengerti mengalami peningkatan dari 20,58% pada siklus I menjadi 32,35 % pada siklus II. Hal ini disebabkan karena siswa menyadari akan pentingnya dalam memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru.

d. Pada proses belajar mengajar masih banyak siswa yang meminta untuk dibimbing. Ketika model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah diterapkan sudah terjadi penurunan yaitu dari 35,29% pada siklus I menjadi 23,52% pada siklus II. Hal ini disebabkan karena terjalin kerjasama kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

e. Persentase siswa yang mengerjakan aktivitas lain selama proses belajar mengajar berlangsung mengalami penurunan dari 35,29% pada siklus I menjadi 14,70% pada siklus II. Hal ini disebabkan karena siswa menyadari akan pentingnya berprilaku disiplin di dalam kelas.

f. Persentase siswa yang kurang aktif dalam kelompoknya mengalami penurunan dari 41,17% pada siklus I menjadi 20,58% pada siklus II. Hal ini disebabkan karena siswa menyadari akan pentingnya saling kerja sama dalam berkelompok dimana kita dapat menyelesaikan soal-soal yang sulit bersama teman kelompok.

g. Persentase siswa yang tidak memperhatikan presentase kelompok lain mengalami penurunan dari 26,47% pada siklus I menjadi 17,64% pada siklus II. Hal ini disebabkan karena guru terus memberikan motivasi untuk aktif dalam proses belajar mengajar.

h. Siswa yang naik menyelesaikan soal di papan tulis meningkat dari 14,70% pada siklus I menjadi 44,11% pada siklus II.

i. Persentase siswa yang mengajukan pertanyaan, tanggapan dan komentar kepada kelompok lain mengalami peningkatan yaitu 8,82 % pada siklus I menjadi 23,52 % pada siklus II. Hal ini merupakan suatu tanda bahwa siswa memperhatikan materi pelajaran yang dibahas mengalami peningkatan. Selain itu, hal tersebut juga menandakan bahwa siswa betul-betul aktif dalam proses belajar mengajar.

j. Persentase siswa yang tidak mengumpulkan tugas  yang diberikan adalah 0% baik siklus I maupun pada siklus II. Artinya  semua kelompok  mampu mengerjakan tugas  yang diberikan.

k. Persentase siswa yang keluar masuk kelas mengalami penurunan yaitu 17,64% menjadi 0%.

B. Pembahasan

Pada pertemuan awal pelaksanaan siklus I semangat dan keaktifan siswa menyelesaikan tugas berdasarkan kelompoknya dan soal yang diberikan disetiap akhir pertemuan tidak mengalami perubahan yang berarti dibanding dengan sebelum pelaksanaan tindakan. Pada umumnya siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru tanpa ada pemahaman. Jika guru mengajukan pertanyaan siswa tampak lebih berani untuk memberikan jawaban lisan secara bersama-sama. Namun, jika siswa diminta untuk menjawab secara perorangan, maka hanya satu atau dua orang saja yang berani memberikan jawabannya.

Dari hasil pengamatan juga diketahui bahwa soal yang dijawab oleh siswa tersebut sebagian besar diperoleh dari temannya yang telah selesai. Hal ini ditunjukkan ketika pekerjaan siswa yang sudah selesai diambil secara acak kemudian ditanya kembali tentang apa yang ditulis, ternyata pada umumnya mereka tidak bisa menjawab. Dari soal yang diberikan ini juga ditemukan beberapa siswa yang masih kurang memahami operasi perhitungan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaannya yang tidak mendapatkan hasil akhir yang benar

Menjelang pertemuan-pertemuan akhir pelaksanaan siklus I sudah nampak sedikit kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa orang yang berani mengajukan pertanyaan atau tanggapan pada saat proses belajar mengajar atau proses pembahasan tugas kelompok. Siswa juga sudah semangat dalam mengerjakan soal yang diberikan. Namun, pada umumnya siswa-siswa yang aktif tersebut hanya siswa yang memperoleh nilai yang baik pada tugas atau soal-soal sebelumnya, sedangkan siswa yang lain hanya diam dan mencatat setiap materi yang diberikan.

Pada siklus II perhatian dan keaktifan siswa dalam bekerja sama dengan kelompoknya semakin memperlihatkan kemajuan. Hal ini dilihat dari  kekompakan siswa dalam belajar kelompok dan mengerjakan tugas-tugas kelompok.

Secara umum, hasil yang telah dicapai setelah pelaksanaan tindakan dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). mengalami peningkatan, baik dari segi perubahan sikap siswa, keaktifan dan perhatian siswa maupun dari segi kemampuan siswa menyelesaikan soal. Sehingga tentunya telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pada indikator keberhasilan, siswa dikatakan tuntas secara individual apabila memperoleh skor minimal 70,00 dari skor ideal yaitu 100 (sesuai dengan KKM = 70,00). Dari data yang diperoleh setelah perlakuan dapat ditunjukkan bahwa pada siklus I dan II tidak terdapat siswa yang tidak tuntas belajar. Sehingga, skor rata-rata hasil belajar siswa diatas KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu pada siklus I 78,33 dan pada siklus II 87,40.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah penelitian tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) selama dua siklus sebagai berikut:

1. Skor rata-rata hasil belajar IPS siswa pada siklus I adalah sebesar 78,33 dari skor ideal yang mungkin dicapai oleh siswa yakni 100 dengan standar deviasi 23,39. Jadi, dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Biringbulu tuntas dalam pembelajaran siklus I.

2. Skor rata-rata hasil belajar IPS siswa pada siklus II adalah sebesar 87,40 dari skor ideal yang mungkin dicapai siswa yakni 100 dengan standar deviasi 24,11. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu dari 78,33 naik menjadi 87,40

3. Penerapan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada kelas VII SMP Negeri Biringbulu.

4. Penerapan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD efektif dapat meningkatkan frekuensi keaktifan dan aktivitas dalam proses belajar mengajar sesuai dengan pengamatan sikap siswa selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I dan siklus II.

B. Saran 
Dalam upaya peningkatan kemampuan pemecahan masalah Ilmu Pengetahuan Sosial siswa, maka melalui penelitian tindakan kelas ini disarankan agar:

1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal IPS, maka diharapkan guru dapat menerapkan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) efektif  sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPS.

2. Untuk meminimalisir persepsi siswa bahwa IPS adalah pelajaran  membosankan, maka cerita-cerita pada masa lampau sangat bagus untuk disisipkan dalam kegiatan pembelajaran IPS.






Posting Komentar untuk "Laporan P2K"